
Sobat . . . !, sudah tidak menjadi “RAHASIA” lagi.
Bahwa negeri
kita ini kaya raya, kaya dengan sumber daya alam, tanahnya subur, tempat
wisatanya yang luar biasa indah dan terkenal di dunia. Bahkan negara lain pun
tak akan ada yang menyamai seperti Indonesia. Sampai ada yang berkata melempar
batu jadi berlian, melempar kayu jadi tanaman, melempar duwit jadi makanan (emang
tukang sulap apa . . . ). Tapi, FANTASTIC bukan?! Inilah negeri kita,
negeri “Surganya Dunia”.
Bukan lautan hanya kolam susu
Kail dan jala cukup menghidupmu.
Tiada badai tiada topan kau temui
Ikan dan udang menghampiri dirimu
Orang bilang tanah kita tanah surga
Tongkat kayu dan batu jadi tanaman.
Orang bilang tanah kita tanah surga
Tongkah kayu dan batu jadi tanaman
Cipt : Koes Plus
Kekayaan Indonesia |
Mengutip kalimat
Presiden Republik Indonesia pertama : Ir. Soekarno
" Aku tinggalkan Kekayaan alam Indonesia, biar semua negara besar dunia iri dengan Indonesia dan aku tinggalkan hingga bangsa Indonesia sendiri yang mengolahnya"
" Aku tinggalkan Kekayaan alam Indonesia, biar semua negara besar dunia iri dengan Indonesia dan aku tinggalkan hingga bangsa Indonesia sendiri yang mengolahnya"
Sobat, rasanya saya tidak bisa menghitung nikmat hidup disurganya
dunia ini. Sobat mungkin bertanya, seberapa kayakah negeri kita ini? Cheek
it out!
Dari sumber yang ada, negeri kita ini ternyata masuk peringkat 6
terbesar di dunia untuk negara yang kaya akan sumber daya tambang. Negara kita
mempunyai tambang emas yang masuk dalam peringkat enam di planet ini, ada juga
sumber lain yang mengatakan peringkat tujuh dunia dan kualitas emasnya pun
menjadi salah satu yang terbaik di planet ini. Dan masih banyak lagi kekayaan
alam di Indonesia dan keindahan alamnya yang tidak bisa disebutkan satu per
satu.
Sobat... Bumi kita sedang terancam. Umat manusia menghadapi tantangan
yang sangat besar. Masa depan kita bersama penuh dengan harapan, namun juga
penuh dengan pertanyaan. Pertanyaan besar ?
Kepadatan bangunan rumah penduduk |
Butuh waktu
puluhan ribu tahun bagi umat manusia untuk mencapai 1 miliar jiwa pada tahun
sekitar 1800. Butuh waktu hanya 13 tahun bagi umat manusia untuk mencapai angka
semiliar sejak 1999. Kabar menggembirakannya adalah bahwa penduduk dunia akan
mencapai puncaknya dan stabil sekitar 9 miliar jiwa, mungkin pada tahun 2045.
Namun BANYAK yang akan terjadi antara sekarang dan tahun 2050. Akan
terjadi perubahan besar dalam bidang ekonomi, lingkungan, sosial –belum lagi
perubahan politik dan keamanan.
Persoalannya
adalah ekosistem alam dan kemampuan pertumbuhan kembali hayati kita sedang
rusak parah sehingga membahayakan kemampuan bumi untuk mempertahankan kehidupan.
Sumberdaya alam kita menipis, dan sebagian terjadi dengan cepat. Ekosistem alam
terancam. Air, tanah, dan udara semakin tercemar. Cadangan air anjlok.
Erosi tanah mengarah menjadi padang tandus. Pemanasan global telah terjadi dan
spesies-spesies lenyap lebih cepat daripada laju kepunahan mereka secara alami.
Persoalan
kependudukan dan kerusakan lingkungan hidup adalah dua hal yang saling terkait
antara satu dengan lainnya. Terjadinya kerusakan lingkungan dapat berdampak kepada kehidupan manusia secara makro. Oleh karena itu
perlu adanya upaya kedepan secara bijak guna tetap mempertahan kelestarian dan
kualitas lingkungan yaitu dengan mencegah adanya praktek bad governance
dan menumbuhkan sikap good governance.
Sebelum
membahas persoalan kependudukan dengan lingkungan, mari kita simak terlebih
dahulu makna pembangunan.
Pembangunan adalah suatu rangkaian usaha terencana yang dilakukan secara sadar oleh
masyarakat dan pemerintah untuk mengubah keadaan yang kurang baik menjadi lebih
baik. Dalam mencapai tujuan pembangunan tersebut, salah satu permasalahan yang
pelik dan kompleks yang selalu dihadapi oleh negara maju maupun berkembang
adalah masalah lingkungan hidup dan kependudukan.
Permasalahan kependudukan yang
selalu dihadapi oleh negara maju maupun berkembang adalah masalah over
populasi, angka kelahiran dan kematian bayi yang tinggi, urbanisasi,
pengangguran, ketidakmerataan penyebaran penduduk yang semakin kompleks akan
mengimbas kepada segmen terpenting dalam kehidupan manusia, yaitu kelestarian
lingkungan hidup.
Pertumbuhan penduduk yang
cepat meningkatkan permintaan terhadap sumber daya alam. Pada saat yang sama
meningkatnya konsumsi yang disebabkan oleh membengkaknya jumlah penduduk yang
pada akhirnya akan berpengaruh pada semakin berkurangnya produktifitas sumber
daya alam. Kondisi
sebagaimana digambarkan tersebut dapat diibaratkan seperti lilin, pertumbuhan
penduduk yang cepat akan membakar lilin dari kedua ujungnya. Sehingga batang
lilin itu akan cepat meleleh dan habis. Dampak kepadatan penduduk
sebagai akibat laju pertumbuhan penduduk yang cepat terhadap kelestarian
lingkungan adalah sebagai berikut:
- Meningkatnya limbah rumah tangga sering disebut dengan limbah domestik
- Pertumbuhan penduduk yang terjadi bersamaan dengan pertumbuhan ekonomi dan teknologi yang melahirkan industri dan sistem transport modern. Industri dan transport menghasilkan berturut-turut limbah industri dan limbah transport.
- Akibat pertambahan penduduk juga mengakibatkan peningkatan kebutuhan pangan. Kenaikan kebutuhan pangan dapat dipenuhi dengan intensifikasi lahan pertanian, antara lain dengan mengunakan pupuk pestisida, yang notebene merupakan sumber pencemaran dan eksploitasi hutan untuk membuka lahan baru juga meningkat
- Makin besar jumlah penduduk, makin besar kebutuhan akan sumber daya. Dengan makin meningkatnya kebutuhan sumber daya itu, terjadilah penyusutan sumber daya.
Maka tidaklah berlebihan bahwa
dampak kepadatan penduduk terhadap kualitas lingkungan sangatlah besar.
Indonesia sebagai sebuah negara yang jumlah penduduknya sangat besar juga
sedang menghadapi problematika besar tentang masalah kualitas lingkungan.
Penebangan liar akibat pembukaan lahan |
Limbah sampah domestik dan industri |
Banjir ulah manusia akibat kepadatan penduduk sehingga tidak adanya tanah serapan air |
Dalam menghadapi semakin menurunnya kualitas lingkungan sebagai akibat
pertumbuhan penduduk, maka sikap “good governance” yaitu adanya sikap
bersama antara pemerintah dan masyarakat yang benar-benar peduli terhadap
keseimbangan antara pertumbuhan penduduk berikut segala dimensinya dengan
kelestarian lingkungan perlu digalakkan. mengubahgayahidup kita agar ramah
iklim dan lingkungan, dan selaras dengan agenda pertumbuhan hijau kita. Mengurangi
emisi. Mengurangi pemakaian. Berganti ke barang terbarukan. Melestarikan
hutan. Menghemat energi. Menyebarkan teknologi. Melakukan tindakan secara
global. Resep ini sudah kita kenal semua. Resep ini merupakan bagian dari hati
nurani dunia. Resep ini didukung oleh pendapat umum. Namun sangat sering
langkah penyelesaian ini terjebak dalam kepentingan pribadi yang sempit,
politik yang picik, dan diplomasi yang kaku –atau gabungan dari semuanya.
Banyak
program yang sudah digalakkan oleh pemerintah , namun dalam pelaksanaannya
kurang efektif, seperti dalam Undang-Undang No 4 Tahun
1982 tentang Lingkungan Hidup, bahwa pemilik HPH dan HPHTI dalam melakukan
penebangan hutan dengan cara tebang pilih, tetapi prakteknya justru mereka
melakukan sistem tebang habis tanpa mengindahkan kelestarian hutan. Jangan kan
untuk melakukan upaya reboisasi secara menyeluruh, melakukan penebangan secara
tebang pilih saja tidak dilakukan. Dan anehnya pemerintah tetap menutup mata
terhadap kondisi demikian. Sehingga mereka selalu berlindung di ketiak
pemerintah untuk menghindari sorotan publik. Kepentingan yang hanya dinikmati
oleh segelintir orang ini ternyata membawa bencana bagi seluruh masyarakat. Musibah
banjir, asap tebal dibeberapa wilayah Kalimantan dan Sumatera merupakan salah
satu bukti ketamakan para pemilik HPH dalam mengekploitasi hutan secara
berlebihan.
Praktek “bad governance”
tersebut seyogyanya tidak harus terjadi, hal ini mengingat bagaimanapun juga,
lingkungan bagi kehidupan manusia adalah segala-galanya. Tanpa adanya dukungan
dari lingkungan yang cukup, maka jangan harap ada kehidupan dimuka bumi ini.
Karena itu upaya penyelarasan antara pertumbuhan penduduk yang diikuti oleh peningkatan
pemenuhan kebutuhan dan meningkatnya ketergantungannya kepada sumber daya alam,
dengan tetap memelihara kelestariannya adalah suatu yang tidak bisa
ditawar-tawar lagi. Pemerintah harus mempelopori semangat cinta lingkungan
dalam bentuk penegakan hukum dan aturan sebaik-baiknya, perencanaan pembangunan
yang mempertimbangkan dampak lingkungan, maupun memberdayakan partisipasi
masyarakat dalam pelestarian lingkungan.
Demikian juga dengan usaha
penekanan laju pertumbuhan penduduk juga harus tetap dipertahankan, sehingga
akan terjadi keseimbangan antara kuantitas kebutuhan dengan kualitas sumber
daya alam. Tanpa kepeloporan pemerintah dalam menegakkan aturan pelestarian
sumber daya alam, maka mustahil upaya menangani permasalahan kependudukan dan
kerusakan lingkungan bisa terwujud.
- Penanganan masalah lingkungan hidup dan kependudukan, harus dilakukan secara interdisiplinary atau multidisciplinary, yang akan melahirkan imaginasi, inovasi dan kreatifitas tinggi dalam menciptakan model-model, cara-cara dan kebijakan baru khususnya maupun didalam menentukan arah pembangunan secara makro pada umumnya.
- Kebijakan dalam bidang alih teknologi, bukan saja mengarah kepada eksploitability, tetapi juga mengarah kepada apa yang bersifat peningkatan teknologi dengan menekankan konservasi, recycling dan renewability.
- Memecahkan permasalahan lingkungan hidup dan kependudukan adalah mengkaitkannya dengan perspektif kultural dan religius. Hal ini mengingat bahwa negara Indonesia mayoritas penduduknya adalah beragama yang terbingkai oleh berbagai macam kultur.
Saya percaya kita DAPAT mengubah dan memperbaiki
permasalahan ini. Mewujudkan impian untuk menyeimbangkan dan menyelaraskan
lingkungan khususnya di Indonesia. Namun untuk mencapai semua ini, SEKARANGLAH
waktunya untuk memilih. . Dan SEKARANGLAH waktunya untuk Berbuat.
Apa pilihan kita?