Latest Moments

Beautiful day . . . . . .

Keteguhan Ummu Syuraik, Wanita Mukminah yang Disebut dalam Al Quran

Nama aslinya adalah Ghaziyah bintu Jabir bin Hakim ad-Dausiyyah, atau lebih dikenal dengan gelar Ummu Syuraik. Ia adalah salah seorang wanita Quraisy yang berasal dari kabilah Ghathafan yang sangat disegani oleh bangsa arab kala itu. Ia adalah istri Abul Akr ad-Dausi.
Ketika cahaya iman mulai menerangi Makkah, dan sudah mulai terdengar pula kenabian baru oleh Ummu Syuraik, maka ia yang merasa tertarik dengan dakwah Rasulullah tersebut segera mencari tau dan terus mengikuti perkembangan yang ada. Tak lama, ia pun bergabung dalam bahtera iman bersama orang-orang terdahulu yang masuk Islam. Ia ikrarkan keislamannya di hadapan Rasulullah shallallaahu ‘alihi wasallam.
Tantangan Di Medan Perang
Wanita ini mempunyai andil besar dalam dakwah, terutama pada awal masa kemunculannya. Kecintaan dan keimanan yang membaja membuat Ummu Syuraik membaktikan hidupnya untuk mengibarkan panji-panji Islam. Keadaan dirinya yang hanya seorang perempuan tidak membuatnya terkungkung dan terhalang dalam dakwah, bahkan hal itu menjadi keuntungan baginya.
Dalam kesehariannya yang selalu bergaul, bertemu atau sengaja mengunjungi teman-teman wanitanya ke rumah mereka, diam-diam ia menyelipkan misi dakwahnya dengan halus. Ia mengajak wanita-wanita Quraisy untuk masuk Islam.
Ummu Syuraik menjalankan dakwahnya penuh semangat tanpa mengenal lelah, meski nanti akan mendapatkan resiko yang sangat besar, terutama dari pemuka-pemuka Quraisy yang sangat anti terhadap dakwah Islam. Namun, apapun yang dia hadapi, ia rela mempertaruhkan nyawa dan semua yang ia miliki demi dakwah dan kebenaran. Ancaman siksaan dan intimiasi terhadap keselamatan jiwa dan harta tak membuat Ummu Syuraik mundur dari medan dakwah. Baginya, iman bukanlah sekadar kalimat yang diucapkan lisan, tetapi pada hakikatnya iman memiliki konsekuensi, amanah yang mengandung kesabaran.
Demikianlah, hanya dalam beberapa bulan saja ia berdakwah, banyak sekali wanita Quraisy yang masuk Islam, sehingga dakwahnya itu tidak menjadi rahasia lagi di kalangan wanita. Ketika seorang laki-laki mendengar adik perempuannya telah masuk Islam, iapun memarahinya, sang adik menjawab, “Kenapa engkau memarahiku, tidakkah engkau tahu bahwa istimu juga telah masuk Islam?!”
Akhirnya gerakan Ummu Syuraik pun tercium oleh penduduk Makkah. Ia lalu ditangkap oleh kafir Quraisy. Lalu mereka berkata, “Kalaulah bukan karena kaummu, niscaya kami akan berbuat sesuka hati kepadamu atau langsung memenggal kepalamu. Akan tetapi kami akan menyerahkanmu kepada mereka.”
Ketika Ummu Syuraik ditangkap, suaminya tidak ada bersamanya. Suaminya yang bernama Abul Akr telah memeluk Islam sebelumnya dan ikut hijrah bersama Abu Hurairah dan beberapa orang dari suku Daus. Ia mengisahkan penangkapan yang dilakukan penduduk Makkah atas dirinya, “Maka datanglah keluarga Abu al-Akr, yakni keluarga suamiku, kepadaku. Kemudinn berkata, ‘Jangan-jangan engkau telah masuk ke dalam agama (Muhammad)?’ Aku menjawab, ‘Demi Allah, aku telah masuk agama Muhammad.’ Mereka berkata, ‘Demi Allah, kami akan menyiksamu dengan siksaan yang berat!’ Mereka pun membawaku pergi dari tempat tinggalku. Waktu itu kami berada di Dzil Khalashah -suatu tempat di Shan’a (ibukota Yaman). Mereka membawaku menuju suatu tempat.”
Bantuan Allah pun Datang
Ummu Syuraik melanjutkan, “Mereka menaikkanku ke atas unta yang kasar tanpa pelana, kemudian mereka meninggalkanku tiga hari tiga malam tanpa makan dan minum, dan ketika berhenti mereka menurunkanku dan meletakkanku di bawah terik matahari, sedang mereka pergi berteduh. Selama itu mereka menahanku dari makan dan minum. Suatu ketika, saat mereka menurunkanku di sebuah tempat di bawah terik matahari hingga pikiran, pendengaran dan pandanganku telah kabur seakan hampir pingsan, mereka berkata kepadaku, ‘Tinggalkan agamamu yang baru ini!’ Aku tidak mampu menangkap seluruh perkataan mereka, kecuali beberapa kata saja, dan aku hanya memberi isyarat dengan jariku ke langit sebagai ungkapan tauhid. Dan Demi Allah dalam keadaan yang demikian itu, tiba-tiba aku merasakan sesuatu yang dingin di atas dadaku. Ketika kubuka mataku ternyata itu adalah sebuah ember yang berisi air. Aku pun meminumnya seteguk. Kemudian ember tersebut terangkat dan aku melihatnya menggantung antara langit dan bumi. Setelah itu ember tersebut menjulur kepadaku untuk kedua kalinya. Aku pun minum darinya kemudian terangkat lagi. Kemudian ember itu menjulur untuk ketiga kalinya. Aku pun minum darinya hingga kenyang dan aku guyurkan ke kepala, wajah serta bajuku.
Mereka terbangun dan melihatku seraya berkata, ‘Dari mana engkau mendapatkan air itu, apakah engkau mencuri air kami?!’ Aku menjawab, ‘Demi Allah, tidak! Sesungguhnya ceritanya begini…’ Kemudian dengan jujur aku ceritakan kisahnya kepada mereka. Mereka berkata, ‘Baik, kami akan melihat ember kami, akan kami buktikan kebenaran agamamu itu.’ Mereka segera pergi menengok ember mereka dan mereka dapatkan bahwa ember tersebut masih tertutup rapat dan belum terbuka. Mereka bertanya keheranan, ‘Dari mana engkau mendapat air itu?’ Aku menjawab, ‘Rezeki dari Allah yang telah diberikan-Nya padaku.’ Mereka berkata, ‘Kami bersaksi bahwa Rabbmu yang memberimu rezeki itu juga adalah Rabb kami dan Dia pula yang telah mensyariatkan Islam.’ Setelah itu mereka semua masuk Islam dan hijrah ke Madinah.”
Tidak hanya sekali itu Allah memberi keutamaan terhadap Ummu Syuraik. Kejadian yang hampir sama pernah dialaminya ketika ia hendak hijrah ke Madinah. Ketika itu ia hendak mencari seseorang yang mau menemaninya dalam perjalanan. Maka seorang Yahudi menawarkan diri untuk menemaninya. Ummu Syuraik setuju. Ia terpaksa melakukannya karena saat itu tidak mudah mendapatkan teman atau orang yang dapat menjadi teman dalam perjalanan ke Madinah. (Di dalam kitab al-Ishabah dijelaskan bahwa Yahudi tersebut pergi bersama istrinya). Kemudian ia memintanya menunggu sebentar untuk mengisi air, akan tetapi lelaki itu melarangnya dengan alasan dia telah membawa bekal air. Berangkatlah mereka menuju Madinah. Setelah sore, mereka beristirahat. Yahudi itu turun dan membentang sufrah (alas makan) dan ia makan, kemudian ia berkata kepada Ummu Syuraik, “Wahai Ummu Syuraik, mari makan..!” Ummu Syuraik menjawab, “Beri aku minum, karena aku sangat haus dan aku tidak bisa makan sebelum minum.” Yahudi itu berkata, “Aku tidak akan memberimu minum sampai engkau menjadi seorang Yahudi.” Ummu Syuraik menjawab, “(Kalau begitu) tidak. Terima kasih, engkau telah mengasingkanku dan melarangku membawa air.” Ia berkata, “Aku tidak akan memberimu setetes air pun sampai menjadi Yahudi.” Ummu Syuraik dengan keras menjawab, “Tidak! demi Allah, aku tidak akan menjadi Yahudi selamanya setelah Allah menunjukiku kepada Islam.” Lalu ia menaiki keledainya dan telungkup sambil memeluknya dan merebahkan kepalanya di leher keledai itu hingga tertidur. Ummu Syuraik mengatakan, “Aku terbangun ketika merasakan dinginnya ember yang ada di keningku. Aku angkat kepalaku, dan kulihat air yang sangat putih melebihi susu dan lebih manis dari madu. Aku meminumnya sampai hilang dahagaku, kemudian aku siram tempat minumku lalu mengisinya sampai penuh. Ember itu pun terangkat dariku sampai hilang di langit.” Pagi harinya, Yahudi itu heran melihat Ummu Syuraik dan tempat air minumnya yang basah. Ia bertanya, “Dari mana air ini? Dari langit?” Ummu Syuraik menjawab, “Ya demi Allah. Allah telah menurunkannya dari langit untukku.”
Menghibahkan Dirinya untuk Nabi shallallaahu ‘alaihi wasallam
Tak lama setelah hijrah ke Madinah, suaminya pun meninggal. Setelah beberapa lama menjadi janda, Ummu Syuraik menawarkan dirinya kepada Rasulullah untuk dinikahi.
Aisyah yang merasa cemburu berkata kepada Ummu Syuraik, “Tidakkah seorang wanita merasa malu menghibahkan dirinya (untuk dinikahi)?” Mendengar kalimat Aisyah, Ummu Syuraik menjawab, “Ya, sayalah orangnya.” Kemudian Allah menyatakannya sebagai wanita mukminah melalui firman-Nya dalam QS. Al-Ahzab ayat 50.
Ketika ayat ini turun, Aisyah berkata kepada Rasulullah, “Sesungguhnya Allah telah menanggapi keinginanmu dengan segera.” Ketika Nabi tidak menerima permintaannya, maka Ummu Syuraik tidak pernah menikah lagi sampai akhir hayatnya.
Semoga Allah meridhai dan mencurahkan rahmat-Nya kepada Ummu Syuraik, seorang wanita yang telah mengukir sebaik-baik contoh dalam berdakwah di jalan Allah. Keteguhan hatinya dalam memperjuangkan iman dan akidahnya saat menghadapi cobaan layak diteladani. Tidak pernah sedikit pun terlintas di hatinya untuk melepaskan akidahnya agar bisa menyelamatkan dirinya dari kebinasaan dan kematian. Dialah wanita yang karena keteguhan imannya dan kesabarannya menghadapi siksaan, dimuliakan Allah dengan memberikan petunjuk kepada kaumnya untuk memeluk Islam.
Hal itulah yang seharusnya menjadi orientasi setiap muslim dalam aktifitas jihadnya. Rasulullah shallallaahu ‘alaihi wasallam pernah bersabda:
…فوالله لأن يهدي الله بك رجلا واحدا خير لك من حمر النعم
“…Demi Allah, jika Allah memberi petunjuk kepada seseorang lantaran dirimu, maka hal itu lebih baik bagimu daripada onta merah.”
Wallahu a’lam bish shawab…
***
Ditulis ulang dari buku Shahabat Wanita Utama Rasulullah dan Keteladanan Mereka, penerbit IBS (Irsyad Baitus Salam) dan Majalah Al Mawaddah vol.62 hal. 47-48 (rubrik profil wanita sejati)
(muslimah.or.id/muslimahzone.com)


Mama...
Ku perlahan-lahan mulai merenungi segala yang pernah engkau ucapkan padaku,,,,
Semakin ku renungi dan semakin dalamku pahami,,
aku semakin tidak mengerti kondisiku yang sekarang...

Mungkin keputusanku untuk kuliah di Farmasi adalah salah satu alasannya,,,
kehendakku untuk berada di dunia ini bukan merupakan pilihanku sepenuhnya,,
aku hanya menjalani apa yang sudah Allah tentukkan untukku,,, 
yang saat itu kutahu itu yang terbaik untukku,,,

Namun semakin ku tenggelam dengan segala kesibukkanku,,
kini ku merasa semakin jauh dan kurang memperhatikkanmu,,
ntah apa yang ada di pikiranku,,,
di satu sisi aku yang terlalu fokus dengan duniaku demi mengejar segala mimpi-mimpiku,,,
tapi di sudut hatiku ,,, aku merasa hampa,,,,
hampa bahwa kini kusadari ku mulai tak pernah selalu ada di sisimu,,
mendengarkan curahan hatimu,,,
mendengarkan segala nasihatmu,,,

Inginku punya waktu yang lebih ,,,
lebih lama untuk bersamamu,,,,
menemanimu sebelum akhirnya takdir yang memisahkan kita,,,
|maafkan anakmu ini mama,,,,

jika suatu saat aku telah duluan mendahuluimu,,,
dan engkau bisa membaca coretan ini,,,
ku ingin kau tahu,,,
AKU SANGAT MENCINTAI DAN MERINDUKANMU,,,

MAMA......


Karya : Ade Putri Yulianti


Mencintai dalam diam itu lebih baik bagi perasaanku dan perasaanmu..
mencintai dalam diam itu ibarat aku ingin memuliakanmu,
Jika memang cinta dalam diam itu tidak memiliki kesempatan berbicara di dunia nyata..
biarlah menjadi memori tersendiri di sudut hati ini.
dan jika dia bukan untuk di miliki, aku yakin Allah akan menghapus cinta dalam diamku padamu..
dengan cara memberikan rasa yang lebih indah pada waktu yang tepat..

jika seorang akhwat jatuh cinta, dia tidak akan pernah berkata kepada seorang ikhwan “akhi ana mencintai antum karena Allah” tapi dia berusaha menjaga cinta yang Allah titip dan berusaha menjaga diri agar lebih baik, sebab dia yakin Allah sedang menguji Keimanannya..

Jika seorang akhwat jatuh cinta, dia tidak pernah mengumbar rasa cinta yang ia miliki kepada seseorang yang di sukainya, berusaha menyembunyikannya, hanya dia dan Allah saja yang tahu, karena dia yakin Allah menganugerahkan rasa cinta itu, maka hanya kepada Allah meminta pertolongan..

Jika seorang akhwat jatuh cinta, dia berusaha untuk menjauhi orang yang di cintainya, bukan untuk memutuskan tali silaturahmi, tapi agar dia bisa menjaga rasa cinta yang ia miliki dan tidak ternodai dengan kemaksiatan..

Jika seorang akhwat jatuh cinta, dia berusaha memperbaiki diri dan berusaha mengoreksi apa kekurangan dirinya karena dia yakin Allah ingin yang terbaik untuknya.
Jika seorang akhwat jatuh cinta, dia selalu berdoa kepada Allah yang memberikan rasa cinta, agar Allah menjaga cintanya dengan seorang ikhwan pilihan Allah.
Tak bisa dipungkiri akhwat juga manusia. Punya rasa cinta. Tapi bedanya, kami berusaha untuk meluruskan niat dan menutupi perasaan ini.

Dalam hati kami (aku dan beberapa teman) selalu meneguhkan diri, bahwa di belahan bumi lain ada seorang pangeran yang setia menunggu. Jadi tugas kita saat adalah memperbaiki diri.

Teringat ketika membaca surat cintanya Allah : (An-Nur : 26 )
Wanita-wanita yang keji adalah untuk laki-laki yang keji, dan laki-laki yang keji adalah buat wanita-wanita yang keji (pula), dan wanita-wanita yang baik adalah untuk laki-laki yang baik dan laki- laki yang baik adalah untuk wanita-wanita yang baik (pula). mereka (yang dituduh) itu bersih dari apa yang dituduhkan oleh mereka (yang menuduh itu). bagi mereka ampunan dan rezki yang mulia (surga)).

Juga (An-Nur 33). Laki-laki yang berzina tidak mengawini melainkan perempuan yang berzina, atau perempuan yang musyrik; dan perempuan yang berzina tidak dikawini melainkan oleh laki-laki yang berzina atau laki-laki musyrik, dan yang demikian itu diharamkan atas orang-orang yang mukmin.

"…Dan barang siapa belum mampu, maka atasnyalah puasa. Maka sesungguhnya puasa itu benteng baginya." (HR. Al-Bukhari dan Muslim)

Dan Jika kamu sedang MERINDUKAN seseorang, PEJAMKANLAH MATAmu dan UCAPKANLAH:

“Ya Allah , aku merindukannya karena-Mu Ya Allah,
 Jauhkanlah aku dari perkara yang membuat aku lupa kepada-Mu..

Aku semakin mengerti, ‘JARAK ’ ini bukan untuk menghukumku, tetapi ‘JARAK ’ ini untuk MENJAGA aku dan dia ..
Dengan ‘JARAK’ ini aku dan dia berjanji untuk BERUBAH menjadi yang lebih baik..

Dengan JARAK ini aku dan dia berjanji untuk MEMPERBAIKI cinta kepada Ilahi..
Dengan jarak ini aku dan dia berjanji untuk MENCINTAI Pencipta kami lebih dari segalanya..

Dengan JARAK ini aku dan dia berjanji untuk MENDALAMI Islam hingga ke akar umbi..
Dan Dengan JARAK ini juga aku dan dia yakin andai tiba saatnya nanti,
aku dan dia akan LEBIH BERSEDIA untuk melayari semua ini dengan jalan yangdi ridhoi..

Terima kasih Ya Allah karena memberi PELUANG kepadaku melalui jalanMU ini.
Terima kasih karena memberikan CINTA JARAK JAUH itu kepada aku dan dia.